1  UTS-1 All About Me

About Me

Aku percaya bahwa kepribadian manusia bukanlah sesuatu yang kaku dan terpahat di batu. Kita lebih mirip air. Bentuk kita beradaptasi dengan wadah yang kita tempati. Kita merespons energi di sebuah ruangan, kenyamanan yang kita rasakan dengan orang lain, dan bahkan ekspektasi yang kita rasakan. Apa yang kamu lihat pada satu momen bukanlah keseluruhan cerita, itu hanyalah versi diriku yang sedang merespons dunia di sekitarku saat itu. Inilah mengapa, jika kamu bertanya pada orang yang berbeda tentangku, kamu akan mendapatkan jawaban yang sangat berbeda.

Sebagian orang akan mengatakan bahwa aku air yang tenang, sebuah kolam yang permukaannya diam, namun tidak mati. Setiap gerakan di sekitarku, senyuman, nada suara, energi yang tak terucap, tercatat sebagai riak-riak kecil yang bergetar di permukaanku sebelum akhirnya terserap. Diamku bukanlah tembok yang dingin melainkan jeda tempat aku mendengarkan gema di antara percakapan, sebuah caraku menghormati ruang baru sebelum aku siap mengalirkan suaraku sendiri.

Sebagian lainnya akan mengatakan bahwa aku air laut yang riuh, dipenuhi ikan-ikan yang melompat-lompat ke permukaan dalam kilatan antusiasme yang berebut untuk dilihat. Ombak ceritaku menggulung tanpa henti, didorong oleh angin semangat yang membara serta tawa yang berdebur, percakapan yang tak kunjung usai, dan energi yang seolah tak ada batasnya. Musik dari arus yang mengalir deras, tak terluang jeda untuk mendengarkan gema.

Keduanya adalah aku, dan aku telah belajar untuk tidak mempertentangkannya. Aku adalah kolam yang tenang sekaligus samudra yang riuh. Aku adalah jeda sekaligus alirannya. Wadah dalam hidupku bukan hanya tentang interaksi sosial, melainkan juga hal-hal yang kucintai, pekerjaan yang kutekuni, dan impian yang kukejar.

Ada wadah yang dingin dan halus, seluas arena ice skating. Saat aku meluncur di atas es, aku adalah kolam yang tenang. Setiap dorongan adalah tentang kontrol dan menciptakan aliran yang elegan. Wadah itu dipenuhi keheningan yang anggun, hanya ada suara gesekan bilah pisau di atas permukaan es yang mencair.

Ada wadah yang panas dan pengap, diterangi lampu neon redup sebuah ruang karaoke. Di sinilah samudra ricuh itu mengambil alih. Aku menjadi ombak yang membara, menderukan musik yang menggelegar. Ikan-ikan melompat paling tinggi, melepaskan setiap nada dengan energi penuh, berbagi tawa dan teriakan sumbang dengan teman-temanku. Aku adalah air yang mendidih, kehilangan keanggunan pada pelepasan murni.

Entah itu air tenang atau air riuh, keduanya pada akhirnya menguap naik, melampaui bentuk cairnya, dan berkumpul menjadi awan, wadah utamaku yang sesungguhnya, yaitu seorang mahasiswa Teknik Informatika. Di sini, petir-petir menyambar tanpa henti. Setiap hari adalah proses menavigasi badai, mencoba untuk tidak tersambar. Tetapi, aku belajar untuk tidak lari dari badai tersebut karena suatu hari nanti, aku berharap bisa menurunkan semua yang telah terkumpul ini kembali ke bumi sebagai hujan yang menghidupi.